Minggu, 22 Oktober 2023

Mengapa Allah Membenci Dosa?


    

Allah membenci dosa karena dosa berlawanan dengan khodrat-Nya. Sang pemazmur membahas kebencian Allah terhadap dosa dengan cara ini: "Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu" (Mazmur 5:4). Allah membenci dosa karena Ia kudus; kekudusan adalah salah satu atribut-Nya yang paling mulia (Yesaya 6:3; Wahyu 4:8). Kekudusan-Nya menyerapi DiriNya secara menyeluruh. Kekudusan-Nya melambangkan kesempurnaan moral-Nya serta tiadanya sedikitpun cela atau noda (Mazmur 89:35, 92:15; Roma 9:14).


    Alkitab menggambarkan sikap Allah terhadap dosa sebagai rasa kebencian, permusuhan yang kuat, dan kejijikan. Sebagai contoh, dosa digambarkan sebagai luka yang menganga (Yesaya 1:6), sebuah beban yang berat (Mazmur 38:4), kecemaran yang menajiskan (Titus 1:15; 2 Korintus 7:1), hutang yang mengikat (Matius 6:12-15), kegelapan (1 Yohanes 1:6) dan noda berwarna merah (Yesaya 1:18).

    Allah membenci dosa karena dosa memisahkan kita dari DiriNya: "Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu" (Yesaya 59:2; baca juga Yesaya 13:11; Yeremia 5:25). Dosalah yang menyebabkan Adam dan Hawa melarikan diri dari Allah dan bersembunyi "di antara pohon-pohonan dalam taman" (Kejadian 3:8). Dosa selalu memisahkan, dan fakta bahwa Allah membenci dosa berarti Ia tidak suka berpisah dengan kita. Kasih-Nya mengharapkan pemulihan kembali, yang menyaratkan kekudusan.

    Allah juga membenci dosa karena berkat Allah pada kita dirampas dan digantikan dengan kenikmatan duniawi. Mereka yang telah diampuni dosanya dapat berseru, "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mazmur 16:11). Mengejar dosa adalah menolak pemberian Allah, yang memiliki "rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11). Kebencian Allah akan dosa menyiratkan kasih-Nya akan umat-Nya dan keinginan-Nya untuk memberkati mereka.

    Alasan lain mengapa Allah membenci dosa adalah karena olehnya kita dibutakan pada kebenaran. Yesus menggambarkan pengajar sesat sebagai "orang buta yang menuntun orang buta" (Matius 15:14). Yohanes mengajar bahwa orang yang membenci saudara sesamanya "berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya" (1 Yohanes 2:11). Seringkali dosa membawa dampak yang sering diabaikan. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7; baca juga Bilangan 32:23). Allah membenci dosa dengan alasan yang sama mengapa terang membenci kegelapan dan kebenaran membenci dusta. Allah menginginkan supaya para anak-anakNya "memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian" (Kolose 2:2), dan dosa menghalangi pengertian penuh.

    Allah membenci dosa karena dosa memperbudak kita dan pada akhirnya akan membinasakan kita. Sama seperti dosa Samson membuatnya buta dan berakhir dalam tawanan musuh (Hakim-hakim 16:21), dosa kita juga akan berakhir dalam kebutaan rohani dan perbudakan. "Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?" (Roma 6:16). Allah adalah sumber kehidupan, dan Ia menyediakan kehidupan pada barangsiapa yang hendak percaya. Dosa menghalangi penerimaan kehidupan dari-Nya, dan itulah penyebab mengapa Allah begitu membencinya.

    Allah membenci dosa karena dosa mengurangi kasih kita pada-Nya. Alkitab mengajar, "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia" (1 Yohanes 2:15-16). Yakobus menghimbau akan bahayanya memeluk keduniawian: "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yakobus 4:4). Tidak ada yang dapat melayani dua tuan (Lukas 16:13), dan kita harus memilih antara dosa atau kebenaran.

    Sebagai orang percaya, kita harus membenci dosa sebagaimana dosa dibenci Allah. Kita adalah "anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan" (1 Tesalonika 5:5). Kita menyadari bahwa Allah telah memisahkan kita; kita adalah "bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri" (1 Petrus 2:9). Kita tidak dapat menjadi kudus dengan sendirinya, melainkan Allah yang memberi kita Roh Kudus-Nya yang menguduskan kita (2 Tesalonika 2:13). Kita memiliki janji-Nya bahwa Ia akan membantu kita dalam perjuangan kita melawan dosa (1 Korintus 1:8).

    Kita membenci dosa karena dosa memisahkan kita dari Allah. Kita membencinya karena dosa mengurangi kasih kita dan menumpulkan hati nurani kita, karena dosa mengikat dan membutakan kita. Kita membencinya karena dosa mendukakan Roh Allah (Efesus 4:30). Doa kita kepada Yang MahaKudus ialah "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Tesalonika 5:23).